Perjalanan mengunakan transportasi umun (Bus) dari kota Apel, Malang menuju Kota Seribu Masjid, Lombok Timur sangatlah melelahkan. Butuh 24 jam perlajanan tanpa henti hingga membuat kaki ini bengkak . . . hehehehe . . . tapi semua itu terbayar dengan mahal dengan keindahan dan keunikan kota ini. Setelah tiba di terminal Mandalika, kami naik angkot. Mereka menyebutnya Engkel. Sebuah mobil jenis L300 yg telah dimodif sedemikan rupa sehingga bisa memuat barang banyak.
Cidomo |
Setelah satu jam perjalanan, akpun tiba dirumah temenku. Beristirahat di Surodadi Utara (Sutra) bisa memulihakn stamina yg sempat loyo gara – gara di goyang kapal laut dari Padang Bai menuju Lembar yg ternyata ombaknya lumayan besar. Dirumah itu, kerinduanku akan Plecing, masakan tradisional berupa kangkung, bisa mengobati kerinduanku akan Pulau ini setelah 3 tahun aku tidak kemari.
Pagi hari menyambut, inilah hari pertama aku di Lombok dan aku harus segera menuju Aikmel, Lombok Timur. Jika di Jawa kita kenal dengan dokar, tidakk demikan halnya dengan di Lombok.disini mereka menyebutnya dg Cidomo. Cidomo singkatan dari Cikar Dokar Mobil, sebuah kendaraan tradisonal Lombok yg ditarik oleh kuda. Dinamakan demikian karena gerobaknya mirip Cikar, dokar karena ditarik oleh kuda dan motor karena kendaraan ini mengunakan ban motor. Nyaman, Senang, dan gembira bisa naik kendaraan ini apalagi pak kusirnya sangat ramah dan selalu mengajak ngobrol dan bercanda. Selain Cidomo, ada juga engkel (L300), dan bus mini. Disini banyak sekali dijumpai angkutan umum tersebut karena ketiga angkutan umum itu adalah cirri khas kendaraan umum Lombok.
Pantai Labuhan Kayangan |
Menikmati suasana Aikmel, kurang lengkap jika kita tidak mengunjungi tempat – tempat wisatanya atau potensi alamnya. Disini aku menuju Lemor dan Labuhan Kayangan (Selat Alas). Menikamti suasana kolam di tengah hutan menjadikan bulu kudu ini merinding karena suhu air yg seperti es. Lemor adalah salah satunya. Bertempat di kaki Gunung Rinjani ini masih sangat alami, habitat hewannya pun masih sangat terjaga. Hanya saja kolamnya sudah sedikit modern. Banyaknya Kera dan Lutung menjadikan tepat ini menjadi daya tarik sendiri bagi pengunjung. Sedangkan labuhan Kayangan yg berada di selat Alas cukup menarik untuk dikunjungi. Laut yg biru, suasana pantai dg angin yg sepoi – sepoi, dan pasir yg lembut seakan – akan kelelahan setelah mendaki Rinjani terbayar sudah. Pantai yg banyak sekali dikunjungi oleh keluarga dan kaum muda di sore hari ini merupakan salah satu panai yg tidak terkontaminasi oleh apapun. Ini terbukti dg masih banyaknya bintang laut dan hewan – hewan laut di pinggir pantai. Selain bintang laut, ada juga tempenyol, kerang laut dan masih banyak yg lainnya. Ketika sore hari atau waktu pasang datang, banyak masyarakat sekitar pantai mencari kerang di pinggir pantai. Mereka ada yg mengunakan tongkat yg ujungnya di kasih paku dan di tombak – tombakkan dan ada juga yg mengunakan enthong . Muda – mudi berlomba mencari kerang sebanyak banyaknya.
Bulayak yg disajaikan dg Bakso |
Kue Bantal |
Nah . . . Kurang lengkap jika berkunjung ke negeri tetangga jika tidak berwisata kuliner. Biasa khas Lombok yg pertama aku santap adalah Plecing. Plecing adalah satu makanan khas Lombok yg terbuak dari sayur kangkung dan dikasih sambal yg super hottttt. Setelah itu, Sate Putut. Sate ini terbuat dari parutan kelapa dan di campur dg daging setelah itu di goring. Wah rasanya maknyus lah . . . . Jajanan kecilpun tidak lupa dicoba pula. Jajanan pertama adalah Kue Bantal, kue yang terbuat dari ketan yg dalamnya ada pisangnya dan dibungkus oleh daun enau atau nira lalu di masak. Rasanya enak sekali. Setelah menghabiskan Kue Bantal, makan Bulayak. Dulu aku kura bulayak itu adalah nama sate (seperti sate ayam, daging, dll) ternyata Bulayak itu adalah sebuah makanan dari beras yg dibungkus oleh daun nira. Mantaf jaya . . . . sebenarnya masih banyak lagi jenis makanannya, kata Bapaknya Indra, “jika pengen tahu semuanya, datanglah pas waktu Maulid Nabi. Lengkap disitu. Berbagai jenis masakannya.”
Setelah mengenal alamnya dan makananya kurang lengkap jika kita tidak mengenal masyarakatnya. Hal pertama yg aku lihat yaitu permainan Gendang Baleq, dimana permainan ini mengunakan Gendang yg sangat besar dan beberapa alat – alat tradisional pendukung yg ada di belakangnya. Sesuai dg namanya Gendang yg berarti Kendang dan Baleq yg artinya Besar. Selain itu ada juga Kecimol. Aliran music ini sudah agak ke modern – modernan alat – alatnya terdiri dari gitar listrik, bass listrik, kecimol, dan sound system. Yg menarik dari music kecimol itu sendiri adalah permainan dram yg dibawa oleh beberapa orang laki – laki. Mereka seperti main perkusi dan sangat berirama.
Selain itu ada juga permainan masyarakat yg menjamur di Lombok Timur ini yaitu permainan Gasing. Permainan gasing ini di mainkan oleh orang laki – laki dewasa. Ini tidak sembarang gasing yg dipermainkan. Gasing ini terbuat dari besi dan harganyanya cukup fantastic. Dari Rp.300.000 sampai Rp.500.000 dan harga talinya, paling murah Rp.80.000. Permainan ini biasanya di mainkan pada sore hari dan di jalan – jalan yg masih belum di aspal. Dan para penontonyapun tidak kalah banyaknya dg pemain gangsing itu sendiri.
Setelah asyik melihat permainan gangsing sudah saatnya melihat pengolahan Tembakau di Desa Suradadi Kec. Terara. Disini hamparan lading tembakau tumbuh subur. Ditemani oleh Paman Zul, aku berkeliling desa sambil melihat bagaimana para petani mengolah tembakau. Daricara tanam, panen, pengovenan, sampai pemilahan daun yg bagus dan yg jelek. Sungguh dasyat masyarakat disini. Mereka bekerja keras demi sesuap nasi.
Tak terasa 18 hari sudah aku main di Lombok Timur. Banyak sekali kenangan yg terukir disini. Mulai dari masyarakatnya, makanannya, dan budayanya. I never forget this beautiful moment. Terimakasih banyak kepada Kang Ojan, Upi, Ganda, Paman Zhu, dan semua teman2 Lombok yg telah sudi mengajakku berkeliling Kabupaten Seribu Masjid ini.
1 comments:
Aku pengen pulkam bacanya,
Post a Comment